Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph
yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis
dengan cahaya.
Jenis-jenis kamera
a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.
Format film
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.
1.
APS, Advanced Photography System. Format kecil
dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini
tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini
susah dicari di Indonesia
2.
Format 135. Dikenal juga dengan
film 35mm.
Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau
36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita
temui di sekitar kita
3. Medium format
4. Large format
Jenis Film
1. Film B/W, film negatif hitam putih
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai
3. Film positif, biasa juga disebut
slide. Lebih mahal dan rawan
overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas
Jenis-jenis kamera Film
1.
Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm
2.
Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas
mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme
fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film
format 35mm
3.
SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa
tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya
mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm.
Disebut juga
kamera sistem
4.
TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium
5.
Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium
Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya
sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat
dioperasikan secara manual.
b ) Kamera digital
Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film
1.
Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis.
Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.
2.
Prosumer. Kamera
SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto
3.
DSLR. Digital SLR
Lensa Kamera
mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2
properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.
Field of View (FOV)
tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.
Field of View Crop
sering disebut secara salah kaprah dengan
focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada
field of view
kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm
pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film
35mm (
FOV crop factor 1.5x)
Jenis-jenis Lensa
a. berdasarkan prime-vario
1.
Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap,
misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime
kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom
pada harga yang sama
2.
Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat
diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang
dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya
yang dapat diatur
b. berdasarkan panjang focal
1.
Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung
2.
Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah
3.
Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh
c. berdasarkan aperture maksimumnya
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar
2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit
d. lensa-lensa khusus
1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan
Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku
untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada
kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera
digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV
lensa 75 mm pada kamera film 35mm
Peralatan bantu lain
- Tripod , diperlukan untuk pemotretan
dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan
kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan
minimal handhel adalah 1/focal.
Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting
biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.
- Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.
- Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap
-
Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya :
UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.
PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit
Exposure
jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
-
Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin
banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara
lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (
f number), aperture makin kecil aperturenya
-
Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk
-
ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin
tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO
100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200
Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.
Exposure meter , pengukur cahaya. Hampir tiap kamera
modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia
pengukur cahaya eksternal
Exposure metering ( sering disingkat dengan
metering )
adalah metode pengukuran cahaya
1.
Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame
2.
Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah
3.
Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu
4.
Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja
Exposure compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada
18% grey.
Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting
exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih
tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut
kita harus melakukan
exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.
Under exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposure
Over exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure
Istilah stop
Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali.
Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.
Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.
Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.
Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2.
Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ akar2).
Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1.
Beda speed tiap stop adalah 2 kali
DOF ,
Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit
Pemilihan DOF
- Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit
digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan
sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
-
Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF
lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto
nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.
Shooting mode
Mode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret
1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter
2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF
3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil
4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus
5. Fast shuter speed
6. Slow shutter speed
Creative zone
1.
P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol
lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO,
metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan
continues shooting.
2.
Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat
3.
Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed
4.
M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual
Komposisi dan Angle
Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto
Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar
Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.
Sumber : http://www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=pengetahuan-tentang-ilmu-fotografi